Selamat Datang

Friday 28 October 2016

Industri Elektronika, Pentingkah???

Bonus demografi merupakan fenomena dimana struktur penduduk sangat menguntungkan dari segi pembangunan karena penduduk usia produktif sangat besar, sedangkan usia muda semakin sedikit dan proporsi usia lanjut belum banyak. Menurut Ida Bagus Permana, jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, sedang 30 persen penduduk yang tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah dan usia di atas 65 tahun) akan terjadi pada tahun 2020-2030. (Anataranews.com).
                Jumlah penduduk usia produktif yang fantastis tersebut tentu bukan hanya menjadi sebuah keuntungan, tetapi juga suatu akan menjadi berkah bagi bangsa. Akan tetapi, jika penduduk usia produktif tersebut tidak dibimbing atau disiapkan, istilah bonus demografi akan hilang begitu saja. Oleh karena itu, pemerintah dan semua elemen masyarakat harus melakukan persiapan untuk membuat bonus demografi menjadi sebuah keuntungan. Entah itu dimulai dari segi pendidikan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja, maupun investasi.
                Inti utama dari demografi adalah pembangunan, tentu saja pembangunan kearah yang lebih baik. Pembangunan dari semua sisi atau dari semua bidang dan itu perlu disinergikan, tak terkecuali dalam dunia teknologi, khususnya dunia elektronika. Dunia elektronika telah berkembang pesat dari tahun ke tahun, bulan ke bulan, bahkan dari hari ke hari. Serta, elektronika telah merambah ke semua lini kehidupan umat manusia yang berarti kehidupan modern sekarang ini tidak bisa dipisahkan dari elektronika.
                Disisi lain, pesatnya perkembangan teknologi elektronika di dunia tidak sebanding dengan perkembangannya di Indonesia. Faktanya, Indonesia masih sangat bergantung pada teknologi buatan asing, apalagi produk Cina yang telah tersebar hampir diseluruh penjuru Indonesia. Indonesia sejatinya bisa maju dari segi industri elektronika, akan tetapi nyatanya masih belum bisa. Dahulu, pernah akan dibangun perusahaan semikonduktor di Indonesia, namun hal itu tidak terwujud. Entah karena apa. Mungkin saja dunia elektronika akan maju jika perusahaan tersebut jadi dibangun di Indonesia. Karena untuk menguasai teknologi sarana dan prasarana beserta perlengkapannya diperlukan, jika tidak, seperti teknologi 4G yang ditemukan oleh anak bangsa dikembangkan di luar negeri bukan di dalam negeri.
                Dihararapkan, kedepannya Indonesia memiliki perusahaan semikonduktor sendiri, siapa tahu bisa sebesar TSMC, perusahaan semikonduktor asal Taiwan. Hehe. Inilah kaitannya, bonus demografi dengan pembangunan, jumlah pemuda yang merupakan mayoritas diharapkan mampu menginisiasi pembangunan industri semikonduktor. Bahan semikonduktor itu banyak tersedia di Indonesia, yakni berupa pasir. Pasir di Indonesia melimpah, di semua penjuru Indonesia ada. Tinggal industri untuk mengolahnya menjadi semikonduktor yang belum ada. Namun, membangun industri semikonduktor tersebut bukanlah perkara mudah, harus terencana dengan matang dan bertahap agar hasilnya bagus dan memuaskan.
                Pasir yang relatif murah jika disulap menjadi sebuah semikonduktor akan memiliki nilai jual yang tinggi. Yang awalnya pasir satu truk bernilai jutaan, setelah di olah menjadi semikonduktor bisa sampai milyaran atau bahkan lebih. Produk semikonduktor itu apa, yang lagi trend sekarang adalah IC (Integrated Circuit) atau yang biasa dikenal prosesor. Bayangkan jika Indonesia tidak impor bahan apalagi produk jadinya, bukan tidak mungkin Indonesia akan maju dan tidak bergantung pada produk asing lagi. Setidaknya sedikit demi sedikit Indonesia menjadi lebih baik. Pembangunan ini tentunya juga memerlukan dukungan dari pihak pemerintah, swasta, industri, dan dari semua elemen masyarakat, entah itu berupa dukungan moril maupun materil. Dengan begitu, setidaknya bangsa ini telah berusaha lebih maju dari segi teknologi elektronikanya. Gambar diatas adalah gambar semiconductor silicon wafer yang saya kutip dari lemondeinformatique.fr.

0 komentar: